"Sehari-hari ya mengambilkan makanan untuk Bapak, nyuapin Bapak, mandiin, nyuci pakaian, nyuci piring, merapikan rumah. Saya ikhlas ngurusin Bapak," kata Kendar saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (11/3/2017).
Memang ke mana ibunya? Menurut Kendar, ibunya, Tasmini (40), terpaksa merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai pembantu agar keluarganya tetap bisa makan. Sedangkan kakaknya, Darmanto, dimasukkan ke sebuah pesantren gratis oleh warga sekitar untuk meringankan beban keluarganya.
"Untuk kebutuhan sehari-hari, nunggu kiriman. Kalau Ibu kirim, bisa makan. Tapi, kalau belum kirim, saya utang dulu di warung," sambung anak kedua di keluarganya ini.
Kendar berharap ayahnya bisa segera sembuh dari kelumpuhan agar masa depannya tidak hilang. Dia berharap bisa terus bersekolah agar kelak bisa bekerja dan ikut menopang perekonomian keluarga.
"Harapannya, Bapak cepat sembuh biar Bapak bisa merawat aku dan kakakku lagi. Pinginnya Bapak kayak dulu lagi. Sudah lama Bapak sakit," ujarnya lirih.
Sebelum mengalami kelumpuhan, Rasim jadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai penderes nira untuk membuat gula jawa. Tapi, semenjak 2010, dirinya terkena gejala penyakit cikungunya hingga dirawat selama 1 minggu di rumah sakit.
"Berobat 1 minggu di RS tidak sembuh. Jadi pulang, sampai uang habis, tidak bisa berobat lagi," ujar Kasim. Sejak saat itulah Kendar berperan merawat dirinya, sementara istrinya merantau ke Jakarta jadi pembantu rumah tangga untuk menyambung kehidupan mereka. Karena kondisi itu, Kendar terpaksa sering izin kepada gurunya karena tidak bisa berangkat ke sekolah untuk mengurusinya.