First Travel dituding menjebak jemaah dengan iming-iming umrah berbiaya murah. Jemaah urung berangkat, duitnya entah kemana.
tirto.id - Wahyu Hidayat berlinang air mata saat menuturkan pengalamannya sebagai korban perjalanan umrah PT First Anugerah Karya Wisata (First Travel). Kepalanya menunduk. Gara-gara ulah First Travel, ujar pria berusia 57 tahun itu, ia harus menunda acara pernikahan putrinya karena menerima kabar akan berangkat umrah ke Tanah Suci.
Namun, kabar itu bualan semata dan sebagai gantinya ia meluapkan kekesalan kepada biro jasa umrah First Travel.
Semula ia merancang pesta perkawinan putrinya pada Mei lalu. Namun, peristiwa penting itu urung digelar lantaran First Travel mengabarkan jadwal ia pergi umrah pada saat yang sama. Sayangnya, hingga hari H, keberangkatan umrah hanya janji palsu First Travel, ia akhirnya hanya menikahkan putrinya tanpa ada acara perayaan. Akad nikah itu pun baru digelar pada pertengahan Juli, sekitar tiga minggu setelah Lebaran.
“Saya sedih,” kata Wahyu dengan mata sembab dan kesal, “resepsi pernikahan anak saya gagal karena janji berangkat umrah yang selalu batal.”
“Saya enggak sempat memenuhi cita-cita anak saya, [menggelar] resepsi pernikahan yang diinginkan anak saya,” katanya kepada kami, akhir Juli lalu.
Selama tiga bulan terakhir, Wahyu Hidayat, istri, dan putrinya bergiliran mondar-mandir ke kantor First Travel di Jalan Radar Auri No. 1 Cimanggis, Depok. Mereka menagih jadwal pasti pemberangkatan umrah.
Selama itu mereka harus menelan janji yang tak pernah ditepati First Travel. Padahal, sesuai kesepakatan baru, ia dijanjikan bakal ke Tanah Suci setelah Lebaran. Itu pun ia diminta pihak First Travel untuk membayar biaya tambahan.
Namun, lagi-lagi, janji yang ia tunggu tak pernah terlaksana. Menjelang jadwal yang dijanjikan, sekali lagi, ia menerima kabar pengunduran keberangkatan. Hal ini berulang selama setahun.
“Tambah [biaya], terus tidak berangkat. Kan, kecewa saya,” keluh Wahyu.
Saking kesal terus menelan pepesan kosong—dan agaknya pihak First Travel pandai memainkan psikologis calon jemaah yang kalap dan kadung terpikat—wahyu bahkan bakal “membayar biaya berapa pun” asalkan ada kepastian berangkat umrah.
“Agar tidak malu sama keluarga dan tetangga,” ujar Wahyu.
Hari itu saat kami berbincang dengan Wahyu, ada ratusan orang lain yang senasib dengannya dan memenuhi kantor First Travel. Mereka dijanjikan jadwal pemberangkatan umrah ke Tanah Suci, First Travel memainkan taktik mengulur-ulur waktu, sebagian lagi diminta biaya tambahan, tetapi di hari yang ditentukan, calon jemaah justru menelan harapan palsu.
Ratusan orang itu, dari pelbagai wilayah seputar Jakarta, membawa berkas hingga bukti pembayaran perjalanan umrah. Saban hari, calon jemaah umrah ini mendatangi kantor First Travel, sejak kisruh penelantaran mereka mengemuka di media. Ada yang terus menagih kepastian jadwal umrah, banyak juga yang menuntut uangnya dikembalikan.
Suasana serupa tak hanya terlihat di kantor pusat First Travel di Cimanggis. Sebagian lain mendatangi dua kantor pelayanan First Travel di Jakarta Selatan: GKM Green Tower Lantai 16, Jl. TB Simatupang Kav 89G, dan Gedung Atrium Mulia Suite 101 Jl. H.R. Rasuna Said Kav B10-11.
Ketika kami menemui mereka pada 6 Agustus lalu, korban umrah murah First Travel hanya disambut penjaga keamanan. Mereka kebingungan. Pihak First Travel menutup diri. Pegawai First Travel yang kami temui pun menolak menjawab dan cuma jadi bulan-bulanan kekecewaan para korban penipuan.
Andika Surachman Siregar, direktur utama sekaligus pemilik First Travel, tak sekalipun menemui para calon jemaah umrah yang dikibulinya.
“Setiap datang, saya hanya dijanjikan akan diberangkatkan, tetapi tanpa kejelasan waktunya,” ujar Sulaiman Airin, 57 tahun, asal Manggarai, Jakarta Selatan.